LAPORAN HASIL OBSERVASI
MATA PENCAHARIAN
JAWA TENGAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Islam dan
Budaya
Jawa
Dosen Pengampu : M.
Rikza Chamami, MSI

Disusun oleh:
Ikha
Ruqmahayunita (113511016)
Muhimmatul
Aliyah (113511021)
Zuhdan
Ulil Abshor (113511032)
Ani
Fitriani (113511037)
Sofia
Sekar Anggreavi (123511072)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
MATA PENCAHARIAN JAWA TENGAH
I.
PENDAHULUAN
Pada awalnya untuk bertahan hidup manusia mencari
makan dengan berburu. Setelah berevolusi dan mengenal sosialisasi, manusia
tidak berburu lagi, mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak hewan.
Semakin banyak jumlah manusia di Bumi, semakin banyak kebutuhan manusia itu
sendiri dan mereka mulai mengenal barter (kegiatan tukar-menukar barang,
sebelum mengenal uang). Oleh karena itu, manusia mulai melakukan kegiatan rutin
yang hasilnya dapat ditukar dengan barang yang mereka butuhkan. Kegiatan itu
disebut bekerja, yang lama kelamaan menjadi suatu mata pencaharian. Mata
pencaharian suatu daerah berbeda-beda tergantung kondisi alamnya, kebiasaan
atau kebudayaan dan lain sebagainya. Contoh-contoh dan sejarah mata pencaharian Jawa Tengah di pamerkan di
salah satu museum di Jawa Tengah yaitu museum Ronggowarsito.
Museum Jawa Tengah Ronggowarsito terletak di Jalan
Abdulrahman Saleh No.1 Semarang, persis
di sebelah bundaran Kalibanteng. Museum ini resmi dibuka pada tanggal 5 Juli 1989 oleh Prof. Dr. Fuad Hasan. Nama
Ronggowarsito dipakai sebagai nama museum karena merupakan pujangga yang
fenomenal di Keraton Surakarta dan karya sastranya mengandung nasehat-nasehat
dan petunjuk-petunjuk bagi bangsa Indonesia yang bersifat “membangun dan
mendidik menuju kepada kemuliaan, kesejahteraan, kejayaan dan kebahagiaan
bangsa Indonesia seluruhnya”.[1]
Dalam laporan
ini akan membahas tentang mata pencaharian khususnya penduduk Jawa Tengah yang
kami amati saat kunjungan ke museum Ronggowarsito.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa saja mata pencaharian penduduk Jawa Tengah?
B.
Apa manfaat alat-alat mata pencaharian Jawa Tengah?
C.
Bagaimana analisis budaya Jawa terhadap mata
pencaharian tersebut?
III.
PEMBAHASAN
A.
Mata Pencaharian Jawa Tengah
1. Pertanian
Pertanian adalah suatu usaha untuk
mengolah dan mengerjakan lahan. Pertanian sudah dikenal kurang lebih 10.000
tahun yang lalu. Orang yang melakukan pekerjaan bertani atau pertanian disebut
Petani. Jawa tengah
sebagai provinsi penyandang pangan nasional, terutama padi.[2]
Sebagian besar tempat bertani adalah persawahan yang ditanami padi dan jika
musim kemarau kebanyakan beralih untuk ditanami palawija. Di sisi lain
pertanian ini juga dibagi pada sektor tanah kering atau yang disebut tegalan.
Petani tegalan menanam sayur-sayuran, buah-buahan, cabai, singkong,
kentang, dan lain sebagainya.

Gambar
di atas adalah alat untuk membajak sawah atau biasa disebut luku dan
kegiatan membajak sawah biasa disebut dengan ngluku.
2. Perikanan
Nelayan adalah suatu pekerjaan yang
hidupnya tergantung pada laut. Nelayan melaut pada sore hari bersamaan dengan
hembusan angin darat dan pulang pada pagi hari bersamaan dengan angin laut.
Seorang nelayan harus menguasai ilmu perbintangan, iklim, cuaca, arah angin,
dan kondisi perairan sebelum melaut. Wilayah geografis Jawa tengah adalah dibatasi perairan laut Jawa
dibagian utara dan perairan samudra Hindia dibagian selatan. Potensi perikanan
ini sangat besar karena 17 dari 35 kabupaten/kota di Jawa tengah memiliki
wilayah laut. Daerah pantai utara meliputi 13 kabupaten/kota, pantai selatan
meliputi 4 kabupaten/kota.[3]
Dari fakta geografis tersebut, maka sebagian wilayah Jawa tengah selain wilayah
pertanian adalah pesisir pantai yang sebagian penduduknya bermata pencaharian
sebagai pencari ikan atau nelayan. Mereka menangkap ikan di laut
menggunakan jala, pancing, dan perahu sebagai alat pengangkutnya.

Gambar
perahu sebagai alat untuk mencari ikan para nelayan.
3. Kerajinan
Selain
bermata pencaharian disektor pertanian dan perikanan, penduduk Jawa Tengah
banyak pula menggeluti bidang kerajinan seperti kerajinan batik, gerabah, ukir,
dan logam.
a.
Kerajinan Batik
Sentra produksi batik di Jawa Tengah banyak dijumpai
di Pekalongan, Solo/Surakarta dan Lasem. Batik Solo/Surakarta bercorak
geometris kecil-kecil dan warnanya cenderung gelap. Batik Pekalongan memiliki corak
warna yang banyak. Corak batik Lasem dipengaruhi oleh gabungan budaya Tionghoa
dan budaya keraton Solo dan Yogyakarta.[4]

Gambar aktifitas membatik.
b.
Kerajinan Gerabah
Gerabah merupakan barang-barang yang dibuat dari tanah
liat yang dibakar dengan suhu 350˚ C -1000˚ C. Gerabah dikenal di Indonesia pada
abad 11 M pada masa bercocok tanam. Bentuk barang-barang tanah liat ini masih sederhana.
Peranan gerabah sendiri sangat penting dan tidak dapat digantikan dengan
alat-alat logam, karena gerabah lebih ekonomis. Fungsi gerabah tidak hanya
untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga dibutuhkan untuk upacara penguburan,
misalnya sebagai tempayan kubur. Daerah penghasil gerabah di Jawa Tengah
terletak di Klampok, Kab. Banjarnegara.

Gambar di atas menunjukkan proses pembuatan kerajinan
gerabah.
c.
Kerajinan Ukir
Kota
Jepara, selain dikenal sebagai Kota Sunan juga dikenal dengan ukirannya. Ukiran
Jepara, terutama pada mebel sudah terkenal di seluruh dunia. R.A Kartini adalah
orang yang penting dalam memperkenalkan ukiran Jepara kepada dunia. Beliau
mendorong para pengrajin untuk membuat kerajinan ukiran dalam bentuk cindera
mata dan menjualnya ke Semarang dan Batavia. Selain itu, R.A Kartini juga turut
mempromosikan ukiran Jepara ini ke luar negeri dengan mengirimkannya kepada
sahabat-sahabatnya di Belanda.[5]

Gambar ukiran.
d.
Kerajinan Keris
Keris
adalah piwulang-piweling yang terformulasi dalam sebuah benda buatan.
Keris
sendiri memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, baik yang tersirat
maupun tersurat. Bagi masyarakat Jawa, keris menjadi piyandel terkait erat
dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan disini maksudnya bukan
sesuatu yang pantas disembah, namun sebuah wahana yang berwujud (wadah) yang
berisi doa, harapan dan tuntunan hidup (filosofi hidup). Selain itu keris juga
dianggap sebagai simbol kejantanan dan merupakan lambang pusaka, karena fungsi
utama keris sendiri sebagai alat untuk membela diri. Pada zaman sekarang keris
hanya sebagai kelengkapan busana upacara adat dan upacara perkawinan (pengantin
pria mengenakan busana Jawa dan sebilah keris diselipkan di pinggang).[6]

Gambar keris.
4. Jamu
Jamu adalah campuran yang terdiri
atas akar, umbi, daun, buah, bunga dan kulit kayu tanaman yang diolah sehingga
berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. Jawa Tengah juga dikenal
sebagai produsen jamu. Jamu yang tidak hanya diproduksi secara rumahan seperti
yang dijual oleh penjaja jamu gendong. Jamu juga diproduksi dengan skala besar
dalam pabrik jamu modern. Awal mulanya, jamu hanya dikenal di lingkungan
keraton. Seiring perkembangan zaman, orang-orang keraton mulai mengajarkan cara
meracik jamu kepada masyarakat luar. Jenis jamu yang dikenal luas diantaranya
beras kencur dan kunir asem. Beberapa pabrik jamu terbesar di Jawa Tengah yaitu,
Jamu Nyonya Meneer, Jamu Jago, Jamu Sido Muncul, dan Jamu Air Mancur. [7]
5. Jasa
Transportasi
Jasa transportasi dalam
perkembangan sejarahnya mengalami perubahan bentuk. Transportasi sangat
dibutuhkan manusia untuk mobilitas agar menghemat waktu dan mempermudah
pekerjaan manusia. Transportasi darat awalnya menggunakan hewan sebagai penarik
kereta atau semacamnya, berikut jasa transportasi menurut observasi kami di
museum Ronggowarsito.
a.
Gerobak
Kerangkeng
Salah
satu angkutan darat dari daerah kudus yang ditarik oleh kuda. Bentuk dan
kontroksinya masih sangat sederhana. Dahulu gerobak kerangkeng ini digunakan
oleh Bridjen Kardiman ketika perang merebut kemerdekaan pada tahun 1949.

Gambar gerobak krangkeng.
b.
Saradan
Saradan
digunakan sebagai sarana pengangkutan batangan gelondongan kayu jati di daerah
yang tidak mungkin dilakukan oleh kendaraan pengangkut beroda. Biasanya
menggunakan hewan Lembu sebagai menghela atau penariknya. Saradan berasal dari
desa Gabah Kec. Jiken Kab. Blora.

Gambar saradan.
B.
Manfaat Alat-alat Mata Pencaharian
1. Pertanian
a. Gilingan
Tebu
Gilingan
tebu tradisional digerakkan oleh binatang peliharaan seperti lembu, kerbau.
Alat ini digunakan untuk membuat gula rakyat. Dari alat inilah kemudian
berkembang menjadi alat yang lebih maju dengan digerakkan mesin dan berkembang
menjadi pabrik gula seperti sekarang ini

Gambar gilingan tebu.
b. Ani-ani
Sebuah
pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi
dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu.
Namun keuntungannya ialah tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian,
bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.
c. Caping
Caping
digunakan untuk melindungi petani dari panas sinar matahari pada saat melakukan
pekerjaannya. Alat ini masih sering digunakan petani sampai saat ini.
d. Sabit
Alat
yang bentuknya menyerupai bulan sabit dengan gagang kayu. Alat ini digunakan
untuk memotong tanaman padi dari dahan dan akarnya pada saat musim panen tiba.
e. Cangkul/
pacul
Cangkul
atau pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam
proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali
ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan sampai saat ini untuk
menjalankan kerja-kerja menggali yang ringan di kebun ataupun di sawah.
f. Bajak
(luku)
Cangkul
(luku) adalah alat yang digunakan untuk membalik tanah sehingga dapat lebih
mudah ditugali, yaitu pekerjaan menghancurkkan tanah dengan cangkul.[8]
2. Perikanan
Peralatan
menangkap ikan:
a. Jangkar
Jangkar
adalah alat yang digunakan untuk berlabuh agar kapal tidak goyang karena ombak.
Jangkar ini ditemukan di pantai Bandengan Jepara. Keunikan jangkar tersebut
mempunyai keunikan yaitu mempunyai mata jangakar lima buah.

b. Jala
Jala
adalah alat yang berbentuk jaring-jaring seperti laba-laba sehingga ikan-ikan
kecil masuk di lubang jala tersebut. Jala ini di operasikan dengan cara di
lemparkan dengan tekhnik tertentu dalam pengoprasianya.
c. Wuwu
d. Kepis
e. Seser
f. Ajug
g. Anlo
h. Bagan
Bagan
adalah alat yang digunakan untuk mencari ikan dengan cara menurunkan jaring
dari gubug yang berada ditengah bagan dengan bantuan bambu-bambu yang dibuat
semi otomatis yaitu dengan cara memutar sebuah tungkai untuk menaik turunkan
jaring ke dalam laut.[9]

Gambar peralatan perikanan.
i.
Ental
3. Kerajinan
1)
Kerajinan Batik
2)
Kerajinan keris
Peralatan
untuk membuat keris:
a. Besalen
Adalah
tempat tradisional yang digunakan untuk membuat keris, tombak atau benda pusaka
lainnya.

b. Paron
Paron adalah alas menempa besi.
Terbuat dari besi baja berbentuk mirip lingga. Biasanya disebut paron dengkul
karena bentuknya mirip lutut orang yang sedang jongkok.
c. Ububan
Ububan adalah sejenis pompa. Terdiri atas dua tabung kayu
yang bentuknya persis dengan pompa-pompa yang kita kenal di bengkel-bengkel.
Sekarang alat ini diganti menggunakan blower.
d. Panjak
Panjak adalah tenaga pembantu atau
asisten pembuat keris.
C.
Analisis Budaya Jawa terhadap Mata Pencaharian Jawa
Tengah
Mata pencaharian penduduk Jawa Tengah sangat
dipengaruhi oleh faktor geografis, kekreatifitasan dalam pemanfaatan bahan baku
di alam sekitar, desakan ekonomi, serta kebutuhan manusia yang semakin
bertambah. Ini ditunjukkan dengan penduduk di lingkungan pesisir lebih memilih
bermata pencaharian sebagai pencari ikan. Sedangkan yang berada di lingkungan
tanah subur akan berprofesi sebagai petani, dimana mereka yang memiliki lahan
sendiri ataupun menggarap tanah juragan. Sebagian lain lebih memilih
memanfaatkan bahan-bahan alam yang ada disekitar lingkungannya sebagai barang
tepat guna. Mereka dengan pikiran dan kekreatifannya dapat menciptakan
barang-barang yang berguna untuk kebutuhan manusia, entah itu merupakan barang
primer maupun sekunder.
Dahulu kala budaya masyarakat Jawa lebih menggunakan
sistem barter. Beralih zaman beralih pula pandangan manusia akan nilai tukar
rupiah. Sehingga kemudian mereka berusaha untuk mencukupi kebutuhan dengan
bekerja dan menghasilkan uang sebagai materi pokok untuk mencukupi kebutuhan
dia sendiri serta keluarganya. Pemikiran manusia yang semakin maju ini
dikarenakan pula oleh kesadaran manusia untuk berpendidikan. Bersekolah tidak
dapat dibarter dengan barang atau jasa, melainkan dengan uang untuk membayar
biaya pendidikan serta kelengkapannya. Maka dari itu berbagai usaha atau mata
pencaharian semakin berkembang pesat hingga saat ini.
IV.
KESIMPULAN
Jadi dari kunjungan ke museum Ronggowarsito diketahui
bahwa mata pencaharian penduduk Jawa Tengah antara lain sebagai petani,
nelayan, pengrajin dan peramu jamu yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa
Tengah. Mata pencaharian dipegaruhi oleh letak geografis dan kekreativitasan
penduduk dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam sekitar.
V.
PENUTUP
Demikian
laporan
yang dapat
kami sampaikan. Semoga laporan
ini dapat memberi manfa’at untuk penulis khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.
Kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari pembaca untuk karya-karya
penulis selanjutnya. Akhir kata, kami sebagai pemakalah memohon maaf apabila
ada kesalahan dalam isi laporan
maupun
sistematika penulisan laporan
ini. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2002. Manusia
dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan.
Nursetyawati,
Yulia, dkk. 2011. Khazanah Keunikan Bumi Jawa. Solo. Tiga Ananda.
Rudito, Bambang, dkk. 2009. Sejarah
Kebudayaan Indonesia.
Jakarta. Rajawali Press.
_______, Buku Panduan Museum Jawa Tengah
Ranggawarsita. Semarang : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
[1]
_______, Buku Panduan Museum Jawa Tengah Ranggawarsita. Semarang
: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Museum Jawa
Tengah Ronggowarsito
[2] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan
Bumi Jawa, (Solo: Tiga Ananda, 2011), hlm. 169.
[3] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan
Bumi Jawa, hlm. 179.
[4] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan
Bumi Jawa, hlm. 195
[5] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan
Bumi Jawa, hlm 200.
[6] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan
Bumi Jawa, hlm. 197.
[7]
Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah
Keunikan Bumi Jawa, hlm. 197.
[8] Koentjaraningrat, Manusia
dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 334
[9] Bambang Rudito, dkk, Sejarah
Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 133