Senin, 08 Juli 2013




LAPORAN HASIL OBSERVASI
MATA PENCAHARIAN JAWA TENGAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, MSI


Disusun oleh:
Ikha Ruqmahayunita                      (113511016)
Muhimmatul Aliyah                        (113511021)
Zuhdan Ulil Abshor                        (113511032)
Ani Fitriani                                      (113511037)
Sofia Sekar Anggreavi                    (123511072)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

MATA PENCAHARIAN JAWA TENGAH

I.            PENDAHULUAN
Pada awalnya untuk bertahan hidup manusia mencari makan dengan berburu. Setelah berevolusi dan mengenal sosialisasi, manusia tidak berburu lagi, mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak hewan. Semakin banyak jumlah manusia di Bumi, semakin banyak kebutuhan manusia itu sendiri dan mereka mulai mengenal barter (kegiatan tukar-menukar barang, sebelum mengenal uang). Oleh karena itu, manusia mulai melakukan kegiatan rutin yang hasilnya dapat ditukar dengan barang yang mereka butuhkan. Kegiatan itu disebut bekerja, yang lama kelamaan menjadi suatu mata pencaharian. Mata pencaharian suatu daerah berbeda-beda tergantung kondisi alamnya, kebiasaan atau kebudayaan dan lain sebagainya. Contoh-contoh dan sejarah mata pencaharian Jawa Tengah di pamerkan di salah satu museum di Jawa Tengah yaitu museum Ronggowarsito.
Museum Jawa Tengah Ronggowarsito terletak di Jalan Abdulrahman Saleh No.1 Semarang,  persis di sebelah bundaran Kalibanteng. Museum ini resmi dibuka pada tanggal 5 Juli 1989 oleh Prof. Dr. Fuad Hasan. Nama Ronggowarsito dipakai sebagai nama museum karena merupakan pujangga yang fenomenal di Keraton Surakarta dan karya sastranya mengandung nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk bagi bangsa Indonesia yang bersifat “membangun dan mendidik menuju kepada kemuliaan, kesejahteraan, kejayaan dan kebahagiaan bangsa Indonesia seluruhnya”.[1]
Dalam laporan ini akan membahas tentang mata pencaharian khususnya penduduk Jawa Tengah yang kami amati saat kunjungan ke museum Ronggowarsito.

II.            RUMUSAN MASALAH
A.           Apa saja mata pencaharian penduduk Jawa Tengah?
B.            Apa manfaat alat-alat mata pencaharian Jawa Tengah?
C.            Bagaimana analisis budaya Jawa terhadap mata pencaharian tersebut?

III.            PEMBAHASAN
A.    Mata Pencaharian Jawa Tengah
1.      Pertanian
Pertanian adalah suatu usaha untuk mengolah dan mengerjakan lahan. Pertanian sudah dikenal kurang lebih 10.000 tahun yang lalu. Orang yang melakukan pekerjaan bertani atau pertanian disebut Petani. Jawa tengah sebagai provinsi penyandang pangan nasional, terutama padi.[2] Sebagian besar tempat bertani adalah persawahan yang ditanami padi dan jika musim kemarau kebanyakan beralih untuk ditanami palawija. Di sisi lain pertanian ini juga dibagi pada sektor tanah kering atau yang disebut tegalan. Petani tegalan menanam sayur-sayuran, buah-buahan, cabai, singkong, kentang, dan lain sebagainya.

Gambar di atas adalah alat untuk membajak sawah atau biasa disebut luku dan kegiatan membajak sawah biasa disebut dengan ngluku.

2.      Perikanan
Nelayan adalah suatu pekerjaan yang hidupnya tergantung pada laut. Nelayan melaut pada sore hari bersamaan dengan hembusan angin darat dan pulang pada pagi hari bersamaan dengan angin laut. Seorang nelayan harus menguasai ilmu perbintangan, iklim, cuaca, arah angin, dan kondisi perairan sebelum melaut. Wilayah geografis Jawa tengah adalah dibatasi perairan laut Jawa dibagian utara dan perairan samudra Hindia dibagian selatan. Potensi perikanan ini sangat besar karena 17 dari 35 kabupaten/kota di Jawa tengah memiliki wilayah laut. Daerah pantai utara meliputi 13 kabupaten/kota, pantai selatan meliputi 4 kabupaten/kota.[3] Dari fakta geografis tersebut, maka sebagian wilayah Jawa tengah selain wilayah pertanian adalah pesisir pantai yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai pencari ikan atau nelayan. Mereka menangkap ikan di laut menggunakan jala, pancing, dan perahu sebagai alat pengangkutnya.

Gambar perahu sebagai alat untuk mencari ikan para nelayan.

3.      Kerajinan
Selain bermata pencaharian disektor pertanian dan perikanan, penduduk Jawa Tengah banyak pula menggeluti bidang kerajinan seperti kerajinan batik, gerabah, ukir, dan logam.
a.       Kerajinan Batik
Sentra produksi batik di Jawa Tengah banyak dijumpai di Pekalongan, Solo/Surakarta dan Lasem. Batik Solo/Surakarta bercorak geometris kecil-kecil dan warnanya cenderung gelap. Batik Pekalongan memiliki corak warna yang banyak. Corak batik Lasem dipengaruhi oleh gabungan budaya Tionghoa dan budaya keraton Solo dan Yogyakarta.[4]
Gambar aktifitas membatik.

b.      Kerajinan Gerabah
Gerabah merupakan barang-barang yang dibuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu 350˚ C -1000˚ C. Gerabah dikenal di Indonesia pada abad 11 M pada masa bercocok tanam. Bentuk barang-barang tanah liat ini masih sederhana. Peranan gerabah sendiri sangat penting dan tidak dapat digantikan dengan alat-alat logam, karena gerabah lebih ekonomis. Fungsi gerabah tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga dibutuhkan untuk upacara penguburan, misalnya sebagai tempayan kubur. Daerah penghasil gerabah di Jawa Tengah terletak di Klampok, Kab. Banjarnegara.

Gambar di atas menunjukkan proses pembuatan kerajinan gerabah.

c.       Kerajinan Ukir
Kota Jepara, selain dikenal sebagai Kota Sunan juga dikenal dengan ukirannya. Ukiran Jepara, terutama pada mebel sudah terkenal di seluruh dunia. R.A Kartini adalah orang yang penting dalam memperkenalkan ukiran Jepara kepada dunia. Beliau mendorong para pengrajin untuk membuat kerajinan ukiran dalam bentuk cindera mata dan menjualnya ke Semarang dan Batavia. Selain itu, R.A Kartini juga turut mempromosikan ukiran Jepara ini ke luar negeri dengan mengirimkannya kepada sahabat-sahabatnya di Belanda.[5]

Gambar ukiran.

d.      Kerajinan Keris
Keris adalah piwulang-piweling yang terformulasi dalam sebuah benda buatan.
Keris sendiri memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, baik yang tersirat maupun tersurat. Bagi masyarakat Jawa, keris menjadi piyandel terkait erat dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan disini maksudnya bukan sesuatu yang pantas disembah, namun sebuah wahana yang berwujud (wadah) yang berisi doa, harapan dan tuntunan hidup (filosofi hidup). Selain itu keris juga dianggap sebagai simbol kejantanan dan merupakan lambang pusaka, karena fungsi utama keris sendiri sebagai alat untuk membela diri. Pada zaman sekarang keris hanya sebagai kelengkapan busana upacara adat dan upacara perkawinan (pengantin pria mengenakan busana Jawa dan sebilah keris diselipkan di pinggang).[6]

Gambar keris.

4.      Jamu
Jamu adalah campuran yang terdiri atas akar, umbi, daun, buah, bunga dan kulit kayu tanaman yang diolah sehingga berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. Jawa Tengah juga dikenal sebagai produsen jamu. Jamu yang tidak hanya diproduksi secara rumahan seperti yang dijual oleh penjaja jamu gendong. Jamu juga diproduksi dengan skala besar dalam pabrik jamu modern. Awal mulanya, jamu hanya dikenal di lingkungan keraton. Seiring perkembangan zaman, orang-orang keraton mulai mengajarkan cara meracik jamu kepada masyarakat luar. Jenis jamu yang dikenal luas diantaranya beras kencur dan kunir asem. Beberapa pabrik jamu terbesar di Jawa Tengah yaitu, Jamu Nyonya Meneer, Jamu Jago, Jamu Sido Muncul, dan Jamu Air Mancur. [7]

5.      Jasa Transportasi
Jasa transportasi dalam perkembangan sejarahnya mengalami perubahan bentuk. Transportasi sangat dibutuhkan manusia untuk mobilitas agar menghemat waktu dan mempermudah pekerjaan manusia. Transportasi darat awalnya menggunakan hewan sebagai penarik kereta atau semacamnya, berikut jasa transportasi menurut observasi kami di museum Ronggowarsito.
a.       Gerobak Kerangkeng
Salah satu angkutan darat dari daerah kudus yang ditarik oleh kuda. Bentuk dan kontroksinya masih sangat sederhana. Dahulu gerobak kerangkeng ini digunakan oleh Bridjen Kardiman ketika perang merebut kemerdekaan pada tahun 1949.

Gambar gerobak krangkeng.

b.      Saradan
Saradan digunakan sebagai sarana pengangkutan batangan gelondongan kayu jati di daerah yang tidak mungkin dilakukan oleh kendaraan pengangkut beroda. Biasanya menggunakan hewan Lembu sebagai menghela atau penariknya. Saradan berasal dari desa Gabah Kec. Jiken Kab. Blora.

Gambar saradan.



B.     Manfaat Alat-alat Mata Pencaharian
1.    Pertanian
a.       Gilingan Tebu
Gilingan tebu tradisional digerakkan oleh binatang peliharaan seperti lembu, kerbau. Alat ini digunakan untuk membuat gula rakyat. Dari alat inilah kemudian berkembang menjadi alat yang lebih maju dengan digerakkan mesin dan berkembang menjadi pabrik gula seperti sekarang ini

Gambar gilingan tebu.
b.      Ani-ani
Sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu. Namun keuntungannya ialah tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.
c.       Caping
Caping digunakan untuk melindungi petani dari panas sinar matahari pada saat melakukan pekerjaannya. Alat ini masih sering digunakan petani sampai saat ini.
d.      Sabit
Alat yang bentuknya menyerupai bulan sabit dengan gagang kayu. Alat ini digunakan untuk memotong tanaman padi dari dahan dan akarnya pada saat musim panen tiba.
e.       Cangkul/ pacul
Cangkul atau pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan tanah. Cangkul masih digunakan sampai saat ini untuk menjalankan kerja-kerja menggali yang ringan di kebun ataupun di sawah.
f.       Bajak (luku)
Cangkul (luku) adalah alat yang digunakan untuk membalik tanah sehingga dapat lebih mudah ditugali, yaitu pekerjaan menghancurkkan tanah dengan cangkul.[8]

2.    Perikanan
Peralatan menangkap ikan:
a.       Jangkar
Jangkar adalah alat yang digunakan untuk berlabuh agar kapal tidak goyang karena ombak. Jangkar ini ditemukan di pantai Bandengan Jepara. Keunikan jangkar tersebut mempunyai keunikan yaitu mempunyai mata jangakar lima buah.
b.      Jala
Jala adalah alat yang berbentuk jaring-jaring seperti laba-laba sehingga ikan-ikan kecil masuk di lubang jala tersebut. Jala ini di operasikan dengan cara di lemparkan dengan tekhnik tertentu dalam pengoprasianya.
c.       Wuwu
d.      Kepis
e.       Seser
f.       Ajug
g.      Anlo
h.      Bagan
Bagan adalah alat yang digunakan untuk mencari ikan dengan cara menurunkan jaring dari gubug yang berada ditengah bagan dengan bantuan bambu-bambu yang dibuat semi otomatis yaitu dengan cara memutar sebuah tungkai untuk menaik turunkan jaring ke dalam laut.[9]
Gambar peralatan perikanan.
i.        Ental

3.    Kerajinan
1)        Kerajinan Batik
2)        Kerajinan keris
Peralatan untuk membuat keris:
a.       Besalen
Adalah tempat tradisional yang digunakan untuk membuat keris, tombak atau benda pusaka lainnya.

b.      Paron
Paron adalah alas menempa besi. Terbuat dari besi baja berbentuk mirip lingga. Biasanya disebut paron dengkul karena bentuknya mirip lutut orang yang sedang jongkok.
c.       Ububan
Ububan adalah  sejenis pompa. Terdiri atas dua tabung kayu yang bentuknya persis dengan pompa-pompa yang kita kenal di bengkel-bengkel. Sekarang alat ini diganti menggunakan blower.
d.      Panjak
Panjak adalah tenaga pembantu atau asisten pembuat keris.

C.     Analisis Budaya Jawa terhadap Mata Pencaharian Jawa Tengah
Mata pencaharian penduduk Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh faktor geografis, kekreatifitasan dalam pemanfaatan bahan baku di alam sekitar, desakan ekonomi, serta kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Ini ditunjukkan dengan penduduk di lingkungan pesisir lebih memilih bermata pencaharian sebagai pencari ikan. Sedangkan yang berada di lingkungan tanah subur akan berprofesi sebagai petani, dimana mereka yang memiliki lahan sendiri ataupun menggarap tanah juragan. Sebagian lain lebih memilih memanfaatkan bahan-bahan alam yang ada disekitar lingkungannya sebagai barang tepat guna. Mereka dengan pikiran dan kekreatifannya dapat menciptakan barang-barang yang berguna untuk kebutuhan manusia, entah itu merupakan barang primer maupun sekunder.
Dahulu kala budaya masyarakat Jawa lebih menggunakan sistem barter. Beralih zaman beralih pula pandangan manusia akan nilai tukar rupiah. Sehingga kemudian mereka berusaha untuk mencukupi kebutuhan dengan bekerja dan menghasilkan uang sebagai materi pokok untuk mencukupi kebutuhan dia sendiri serta keluarganya. Pemikiran manusia yang semakin maju ini dikarenakan pula oleh kesadaran manusia untuk berpendidikan. Bersekolah tidak dapat dibarter dengan barang atau jasa, melainkan dengan uang untuk membayar biaya pendidikan serta kelengkapannya. Maka dari itu berbagai usaha atau mata pencaharian semakin berkembang pesat hingga saat ini.

IV.          KESIMPULAN
Jadi dari kunjungan ke museum Ronggowarsito diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Jawa Tengah antara lain sebagai petani, nelayan, pengrajin dan peramu jamu yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah. Mata pencaharian dipegaruhi oleh letak geografis dan kekreativitasan penduduk dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam sekitar.

V.              PENUTUP
Demikian laporan yang dapat kami sampaikan. Semoga laporan ini dapat memberi manfa’at untuk penulis khususnya dan untuk pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari pembaca untuk karya-karya penulis selanjutnya. Akhir kata, kami sebagai pemakalah memohon maaf apabila ada kesalahan dalam isi laporan maupun sistematika penulisan laporan ini. Terimakasih.










DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta.        Djambatan.
Nursetyawati, Yulia, dkk. 2011. Khazanah Keunikan Bumi Jawa. Solo. Tiga Ananda.
Rudito, Bambang, dkk. 2009.  Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta. Rajawali Press.
_______, Buku Panduan Museum Jawa Tengah Ranggawarsita. Semarang : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito



[1] _______, Buku Panduan Museum Jawa Tengah Ranggawarsita. Semarang : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Museum Jawa Tengah Ronggowarsito
[2] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan Bumi Jawa, (Solo: Tiga Ananda, 2011), hlm. 169.
[3] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan Bumi Jawa,  hlm. 179.
[4] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan Bumi Jawa,  hlm. 195
[5] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan Bumi Jawa, hlm 200.
[6] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan Bumi Jawa, hlm. 197.
[7] Yulia Nursetyawati, dkk, Khazanah Keunikan Bumi Jawa, hlm. 197.
[8] Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 334
[9] Bambang Rudito, dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 133